SERI PERTAMA

Mengapa mengingat kepada "Zaman dahulu kala?"

Tepat sebelum umat Israel masuk ke tanah Kanaan, Musa mengingatkan mereka, “Ingatlah kepada zaman dahulu kala, perhatikanlah tahun-tahun keturunan yang lalu!” dalam khotbah perpisahannya. “Zaman dahulu kala” dan “tahun-tahun keturunan yang lalu” bukanlah sekedar dongeng atau legenda kuno. Ini adalah pencatatan dari pemeliharaan Allah, yang menuangkan kasih mendalam-Nya dengan ikut campur tangan ke dalam sejarah umat manusia sejak kejatuhan Adam. 

Ini adalah kisah dari bapa-bapa iman yang tetap teguh memelihara jalan kesalehan menurut pemeliharaan Allah. Seperti umat Israel harus mengingat zaman dahulu kala di padang gurun ketika mereka sedang bersiap-siap untuk masuk ke Kanaan, kita orang Kristen juga harus mengingat zaman dahulu kala ketika kita mempersiapkan diri untuk masuk ke kerajaan surga.

  • ISBN: 978-979-081-706-7
  • Judul: Silsilah di Kitab Kejadian
  • Penulis: Pdt. Abraham Park, D.Min., D.D.
  • Jumlah halaman: 280 halaman
  • Ukuran: 150 x 230 mm
  • Berat: 300g
  • Jilid: Soft Cover

Penemuan Kembali Silsilah

Silsilah dalam kitab Kejadian yang terasa begitu membosankan dengan pengulangan nama-nama dan kelahiran-kelahiran sebenarnya adalah harta karun dari apa yang harus kita ingat tentang “zaman dahulu kala” dan “tahun-tahun keturunan yang lalu.” Mereka dengan jelas menggambarkan penyelenggaraan Allah untuk penebusan umat manusia dan seluruh alam semesta. Silsilah dalam Kejadian hanya beberapa ayat. Namun, mereka memuat pemeliharaan penebusan untuk jangka waktu yang panjang sekitar 2.300 tahun. Jadi, setiap ayat dan nama dalam silsilah ini dipenuhi dengan arti sejarah dan penebusan. 

Buku ini membantu pembaca menemukan kembali arti rohani yang tersembunyi dibalik masing-masing 20 generasi dari Adam sampai Abraham dalam Alkitab.

POIN - POIN UTAMA

Ada banyak fakta yang menakjubkan untuk ditemukan di dalam silsilah Alkitab. Saat kita menggali kedalam silsilah, apa yang terlihat meragukan akan menjadi lebih nyata dan bahkan personal. Kehidupan dari bapa-bapa leluhur yang mungkin tampak hampir seperti fiksi akan menjadi semakin nyata dalam pikiran kita. Tahun-tahun kehidupan mereka dicatat tanpa kesalahan. Adam hidup selama 930 tahun, dan Lamekh keturunannya yang ke-9, yang hidup sampai 777 tahun, mereka hidup semasa selama 56 tahun.


Nuh, yang hidup selama 950 tahun, hidup semasa dengan Abraham keturunannya yang ke-11 selama 58 tahun. Ini adalah fakta- fakta yang telah terungkap untuk pertama kalinya di dalam sejarah melalui buku ini.

Banyak ahli-ahli teologi dan pendeta-pendeta telah mengajarkan bahwa Nuh membangun bahtera selama 120 tahun. Namun, Akitab menyaksikan bahwa jangka waktu pembangunan kurang dari 100 trahun. Allah memerintahkan Nuh untuk membangun bahtera (Kej 6:14) setelah Nuh telah memiliki tiga orang anak laki-laki (Kej 6:10). Allah memerintahkan Nuh, “Engkau bersama-sama dengan anak-anakmu, istrimu dan istri anak-anakmu” (Kej 6:18). Nuh memperanakkan Sem, Ham, dan Yafet setelah Nuh berusia 500 tahun (Kej 5:23), dan air bah mulai ketika Nuh berusia 600 tahun.

Ini sangat sederhana dan jelas di dalam Alkitab bahwa kurang dari 100 tahun dihabiskan untuk membangun bahtera, tetapi buku ini menyajikan argumen yang luas dan bukti mengenai masalah ini untuk pertama kalinya di dalam sejarah Kekristenan. Mengapa ini penting? Tuhan mengatakan bahwa kedatangan Anak Manusia akan seperti hari-hari Nuh dan kita semua orang Kristen yang hidup di akhir zaman hari ini sedang membangun bahtera rohani.

 

Metusalah adalah orang yang hidupnya paling lama (969 tahun) di dalam Alkitab. Penghakiman air bah datang di zaman cucunya, Nuh. Menurut perhitungan, tahun kematian Metusalah dan tahun terjadinya air bah adalah tahun yang sama. Kemudian, apakah Metusalah mati di dalam air bah? Tidak, seharusnya dia telah mati sebelum air bah karena nama Methusalah berarti “ketika dia mati, penghakiman.” Umur panjang Metusalah memperlihatkan belas kasihan dari Allah, yang menunda penghakiman selama mungkin dan menunggu pertobatan.

Abraham berangkat dari Ur Kasdim dalam ketaatan kepada perintah Allah. Kemudian, kedua kalinya dia berangkat dari Haran dan bermigrasi ke Kanaan. Namun, Kis 7:4 mengatakan, “Maka keluarlah ia dari negeri orang Kasdim, lalu menetap di Haran. Dan setelah ayahnya meninggal, Allah menyuruh dia pindah dari situ ke tanah ini, tempat kamu diam sekarang”. Menurut perhitungan tahun-tahun, Abraham berusia 75 tahun ketika dia meninggalkan Haran dan Terah berusia 145 tahun. Namun, Alkitab menyatakan bahwa Terah menetap di Haran 60 tahun lagi setelah Abraham pergi dan meninggal di usia 205 tahun. Apakah kontradiksi ini adalah sebuah kesalahan? Secara pasti, Allah tidak akan membiarkan kesalahan dalam Alkitab. Ada pesan “pemisahan” dan “kebulatan tekad” di dalam kisah ketaatan Abraham dan berangkat dari rumah ayahnya. Kitab Kejadian mencatat silsilah dari semua generasi, termasuk mereka yang telah menyimpang jauh dari garis keturunan saleh, seperti Kain, Ham, Ismael, dan Esau. Mereka adalah contoh yang mencerminkan kebobrokkan dan ketidaksetiaan kita sendiri. Pemisahan antara garis keturunan saleh dan garis keturunan tidak saleh ini terus berjalan seiring dengan sejarah penebusan. Umat Allah harus belajar untuk memisahkan diri mereka sendiri dari jalan dosa dan menjalani hidup yang kudus. Sebuah contoh yang sangat baik dari kehidupan tersebut adalah kehidupan Abraham, yang mungkin adalah karakter yang paling menonjol dalam buku ini.

 

PESAN UTAMA

Silsilah dari benih ilahi berlanjut di dalam Kitab Kejadian melalui bapa-bapa iman yang dapat menang dan memisahkan diri mereka sendiri dari dosa dan ketamakan dunia ini. Silsilah di dalam Kejadian ini menuntun untuk memperkenalkan Abraham, seorang tokoh penting dalam penyelenggaraan Allah untuk membawa keselamatan bagi seluruh dunia. Pekerjaan penebusan mengambil fase baru melalui pemanggilan Allah terhadap Abraham dan digenapi melalui Mesias yang datang sebagai anak Abraham. Kisah luar biasa dari garis keturunan ilahi adalah apa yang disebut Musa sebagai “zaman dahulu kala”. Mereka dapat disebut sebagai “zaman dahulu kala.” tetapi mereka sebenarnya adalah cerminan dari cerita saya hari ini.